Jumat, 28 Desember 2012

Kejutan akhir tahun

Tidak semua kejutan selalu menyenangkan. Ada kalanya kejutan itu benar-benar bikin terkejut, tanpa ada unsur senangnya sama sekali. Tapi saya patut bersyukur karena apa yang selama ini saya pertanyakan terjawab sudah lewat kejutan itu. Bersyukur karena saya telah dapat pengalaman berharga untuk pelajaran hidup saya kedepannya. Sudah bukan waktunya mencari siapa yang salah, membahas siapa yang memulai dan siapa yang mengakhiri. Malu rasanya bila melihat masih banyak orang di luar sana yang punya banyak masalah dan setiap hari berjuang untuk hidup namun mereka masih bisa bertahan. Kalau mereka bisa, pastilah saya juga bisa. 

Tidak perlu lagi mendeskripsikan apa yang saya rasakan sekarang, sudah cukup terwakili  oleh lagu-lagu yang diciptakan para musisi dengan melodi indah dan lirik yang sangat mengena, sampai dengan PD-nya saya bilang bahwa lagu-lagu itu memang khusus diciptakan untuk saya ;)


Roda-roda terus berputar 
Tanda masih ada hidup 
Karna dunia belum henti 
Berputar melingkar searah 
Terik embun sejuta sentuhan 
Pahit mengajuk pelengkap 
Seribu satu perasaan 
Bergabung setangkup senada 
  
Jurang curam berkeliaran 
Tanda bahaya sana sini 
Padang rumput lembut hijau itupun tiada tertampak 

Sudah lahir sudah terlanjur 
Mengapa harus menyesal 
Hadapi dunia berani 
Bukalah dadamu 
Tantanglah dunia 
Tanyakan salahmu wibawa

-Apatis by Ipang-

Senin, 10 Desember 2012

C.A.P.E

Saya sedang cape, tapi bukan cape fisik, kalau itu istirahat cukup juga bisa fit lagi. Yang saya rasain belakangan adalah cape hati. Pernah kan ngerasa bersalah sama diri sendiri? nah itu dia. Saya sedang kesal sama diri saya sendiri. Si ceria ini rupanya sedang rapuh. Rasanya saya sedang berada di titik terbawah. Bawaannya pun jadi ingin ngelamun terus. Astagfirullah. Bersyukur ada orang-orang terdekat di samping saya. Meskipun di tengah mereka, kadang saya tetap merasa sepi dan kosong. Semoga perasaan ini cuma mampir sebentar. Sekarang saya sedang belajar. Belajar sabar yang susahnya minta ampun. Belajar ikhlas dan bersyukur atas apa yang sudah saya miliki. Belajar santai dan menikmati hidup. 



  I dont blame others, but I blame myself

Senin, 12 November 2012

Tanda tanya

banyak pertanda yang berujung pada tanya
apakah kebetulan itu memang ada
atau memang sudah jalannya
bila tanya sudah terjawab, lalu apa
bukan koma atau titik yang muncul selanjutnya
melainkan tanda tanya lainnya

Kamis, 18 Oktober 2012

Racauan Sore

Kereta yang saya naiki tiba-tiba melambat. Saya bingung, hanya terdiam menunggu adanya pengumuman dan enggan bertanya ada apakah gerangan. Di jalur sebelah, kereta lain terlihat melaju seperti biasa bahkan cenderung lebih cepat. Saya merasa tertinggal. Kemudian saya jadi takut bila kereta saya itu malah berhenti dan tidak bisa berjalan lagi. Ah mungkin seharusnya saya pindah kereta saja.

Senin, 08 Oktober 2012

Belajar Mengajar

Setelah belajar, mengajarlah. 
Karena dengan mengajar, kita sebenarnya terus belajar.

-Merry Riana-


Salah satu sahabat pernah me-retweet quotes tersebut dari Merry Riana, seorang entrepreneur dan motivator muda. Saya jadi teringat dengan kegiatan baru saya : mengajar. Sudah hampir satu bulan saya mencoba mengajar. Dengan modal nekat dan rasa percaya diri yang masih kurang, saya menerima tawaran pekerjaan ini. Tapi setelah dijalani ternyata menyenangkan dan saya mulai menikmatinya. 

Selasa, 02 Oktober 2012

Berlari dan tenggelam


Aku yang menatapnya
Di balik tirai jendela
Tersenyum di atas biru kita

Dia yang melambaikan
Tertahan nyata dan tanya
mencoba hindari celah kita

Bersandar di batas tepi
Kita mencoba
Merengkuh imaji hati..oow.. oow.. ooow..

Reff:
Berlari dan tenggelam
Berselimut kabut angan
Bersembunyi di dalam
Tuk duduk berdampingan

Kita yang coba tuk menyentuh

Hati yang tak kunjung menjemput
Kita yang coba tuk hindari
Hati yang coba tuk mengaku

And I only share the smile with you
Yes I only share the smile with you

Jumat, 21 September 2012

Berlayar Bersama Perahu Kertas

Sama halnya dengan kedua teman saya, Yu Neng dan Devi film perahu kertas juga memberikan kesan yang dalam bagi saya. Sewaktu membaca novelnya beberapa bulan silam, saya memang sudah menyukai ceritanya. Saya seperti menjadi Kugy, terlihat ceria di luar tapi kadang rapuh di dalam. Kugy yang dipaksa oleh keadaan untuk membohongi perasaannya sendiri. Setelah novel perahu kertas difilmkan saya semakin mencintai karya Dee ini.

Pasca menonton filmnya, saya jadi diingatkan kembali oleh mimpi atau cita-cita saya yang ga pernah saya anggap serius. Kalau Kugy menganggap mimpinya sebagai penulis dongeng terlalu ga mungkin, saya pun berpikir mimpi saya itu terlalu tinggi. Saya terlalu takut untuk mencoba, padahal sewaktu kuliah dulu ada wadah yang bisa saya ikuti sebagai dasar untuk merajut mimpi saya pelan-pelan. 

Penyesalan memang selalu datang belakangan. Sekarang sudah terlambat rasanya untuk mewujudkan mimpi saya itu. Biarlah ia berlayar bersama perahu kertas.


Jumat, 07 September 2012

My Super Mom

Mama, Ibun, Mom adalah beberapa panggilan sayang saya untuk wanita yang telah melahirkan saya ke dunia ini. Dua bulan lagi, beliau berusia 50 tahun. Ibu saya bisa dibilang berjiwa muda, lihat saja gaya pakaian dan penampilannya, tidak terlihat seperti wanita yang akan memasuki usia setengah abad. Ibun bekerja sebagai perawat di salah satu rumah sakit negeri di Jakarta Selatan. Sebagai seorang wanita pekerja, Ibun tidak melepaskan tanggung jawabnya sebagai seorang istri dan seorang ibu meskipun rasa lelah terlihat jelas di wajahnya setelah seharian bekerja di rumah sakit. 

Hubungan saya dan Ibun sempat renggang beberapa saat. Waktu itu sedang ada masalah keluarga dan Ibun menjadi salah satu orang yang saya salahkan. Padahal kalau dilihat dari akar permasalahan, sebenarnya Ibun hanyalah korban. Suatu ketika saya dan Ibun ribut besar. Saya yang biasanya bisa meredam emosi, saat itu kalap dan tidak bisa membendung emosi. Keluarga saya yang lain mengingatkan bahwa saya tidak boleh bersikap seperti itu, menjauh dan menyalahkan Ibun disaat beliau sedang menjadi korban dan kehilangan arah. Lalu saya sadar dan mulai merangkul Ibun. Sejak kejadian itu, rasa sayang saya ke Ibun semakin bertambah.

Kini hubungan saya dan Ibun tambah dekat. Saya bisa lebih terbuka, berbagi cerita dan kisah pribadi saya. Saya pun merasa lebih manja dan tak segan-segan mengekspresikan rasa sayang saya kepadanya. Semoga Allah selalu memberikan kesehatan dan melindungi Ibun, my super mom.
Aamiiinn..


Jumat, 31 Agustus 2012

Hujan sore itu

Sore itu awan hitam menggelayut di langit ibukota, di saat jalan mulai dipadati oleh para pekerja yang bergegas kembali ke hunian mereka masing-masing. Diantara suara bising berbagai jenis kendaraan dan suara klakson yang saling bersahutan, kami sibuk membangun percakapan. Seketika mendung berganti hujan, kami pun terkesiap. Tak ingin terguyur oleh derasnya air yang turun, kami menghampiri sebuah tempat untuk berteduh. Kami asik berbincang, diiringi tetesan air yang jatuh melalui lubang di atap tempat kami bernaung. Sesekali kami harus menggeser posisi untuk menghindari kebocoran yang ada. Beberapa pasang mata melihat kami dari jauh, ingin bergabung untuk berteduh namun tampak enggan mengganggu. Kami pun tak mengindahkan sekitar karena larut dalam pembicaraan. Seolah hanya ada kami dan hujan.

Rabu, 08 Agustus 2012

Hello Goodbye

Matamu melihat, tidak lagi menatap
Bibirmu tersenyum, tidak lagi tertawa
Telingamu mendengar, tidak lagi menyimak

Benang yang kurajut perlahan kau putuskan
Lagu yang kumainkan mulai kau hentikan
Istana yang kubangun kini kau hancurkan

Kau melangkah, aku diam di tempat
Kau berlari, aku berjalan pun tak sanggup
Kau berenang ke tepi, aku menyelam hingga ke dasar

Selasa, 07 Agustus 2012

Jatuh dan Tenggelam

Terbang tanpa sayap
Terbawa angin melihat indahnya langit
Berlayar tanpa perahu
Terbawa arus melihat indahnya laut
Ketika angin tak bertiup, saya jatuh
Ketika ombak terlalu besar, saya tenggelam

Kamis, 19 Juli 2012

Do fun

Senin kemarin saya bolos ga masuk kantor gara-gara tergoda sama tiket promo Dufan punya Dea, adik saya. Awalnya dia mau pergi sama teman kuliahnya, tapi karena temannya batal pergi, Dea ngerayu saya buat beli tiket temannya itu. Dan saya pun seperti terhipnotis mengiyakan. Padahal mah emang iman saya aja yang gampang tergoda. hehehe. Berangkatlah kami di hari Senin pagi menjelang siang. Pukul 11.30 kami tiba di sana, dan ternyata Dufan tidak sesepi yang kami kira. Di hari kerja, Senin pula, Dufan tetap ramai dan pengunjungnya lumayan banyak. 

cap cip cup
mau kemana kita?
 
Wahana pertama yang kami naiki adalah bianglala. Lumayan lah cari angin di atas setelah kepanasan di jalan. Selanjutnya kami lanjut naik kora-kora, salah satu wahana favorit saya kalau ke Dufan. Tadinya saya ingin duduk di bagian belakang supaya lebih seru, tapi Dea ga mau karena dia takut. Setelah kora-kora mulai mengayun, muka Dea panik. Disinilah saya baru tau kalau adik saya itu ternyata takut ketinggian dan ini pertama kalinya dia naik kora-kora. Gubrak. Disaat saya teriak-teriak kesenengan, Dea malah keringet dingin. Haduh, saya salah bawa partner nih. 

Dea -> belum ketauan kalau takut ketinggian

udah ga penasaran sama hysteria

Kami berlanjut ke wahana hysteria. Tentu saja Dea ga berani naik wahana itu, ngeliatnya aja udah ngeri katanya. Kalau saya sih karena belum pernah nyoba, terpaksa sendirian ngantri tanpa Dea. Meskipun tadi sempet sedikit  ngeri juga ngeliat pengunjung sebelumnya. Lagipula setelah saya hitung durasinya ga sampai 1 menit. Hajarlah.. dasar saya ga mau rugi juga. hohoho. Setelah mencoba naik, komentar saya : cepet amat. Kalau dibandingin sama wahana kicir-kicir sih jauh. Hysteria kagetnya cuma sebentar. Kicir-kicir masih jadi yang paling tinggi tingkat adrenalinnya menurut saya dan saya kapok naik itu. 

Dari wahana hysteria lanjut ke wahana simulator Happy Feet. Setelah itu kami ke wahana arung jeram. Tanpa persiapan baju ganti, kami nekat naik. Saat perahu mulai berlayar mengikuti arus dan ombak mulai datang, kami berdua sama-sama sibuk. Dea sibuk memasang sabuk pengamannya yang kekecilan dan ga muat di pinggangnya, sedangkan saya sibuk mengangkat dan mengamankan tas-tas kami supaya ga kena air. Dan kami pun basah kuyup. Dea basah di bagian atas, saya basah di bagian bawah. Bodohnya kami, sama sekali ga kepikiran bawa baju ganti. Dari situ kami mengejar matahari, mencari panas agar badan dan baju kami cepat kering. Saya juga langsung kepikiran untuk naik wahana ontang-anting, sekalian ngeringin baju dan badan. Tapi lagi-lagi saya harus naik sendiri tanpa Dea karena dia takut.

meres baju yang basah
basah dari atas sampai bawah
naik ontang-anting sambil ngeringin baju

Perut kami mulai keroncongan saat jam makan siang. Karena tidak membawa bekal makan siang dan cemilan, kami memutuskan untuk makan di McD. Berharap paket panas medium dan french fries bisa mengenyangkan dan menjadi energi buat naik wahana-wahana selanjutnya. Sehabis makan dan sholat, kami lanjut naik turangga-rangga, masuk ke istana boneka, rumah miring, rumah kaca, naik alap-alap dan terakhir poci-poci (kali ini Dea sendirian karena saya ga ikut naik).











Dea kesenengan bisa foto bareng Diego Michiels KW (yang baju hijau) :p

Jam 4 sore saat pengunjung Dufan semakin banyak, saya dan Dea memutuskan untuk pulang karena kami sudah kelelahan dan sangat tidak nyaman karena sebagian baju Dea dan sebagian celana saya masih lembab dan belum kering akibat naik arung jeram tadi. Demikian hasil bolos saya hari itu :p




ticket price

Kamis, 12 Juli 2012

Call him Jaing

Sejak ada Zahir, kehidupan keluarga saya semakin berwarna. Zahir adalah keponakan saya yang lahir tanggal 29 September 2011. Saat ini ia berusia hampir 10 bulan, sudah tumbuh gigi 5 buah, sudah mulai ngoceh, merangkak dan sedang belajar berdiri. Nama panjangnya Zahir Jaladra Priyanto, tapi kami memanggilnya Jaing. Ia paling senang nonton Shaun the sheep. Mbeeeeekk.. begitu dia meniru bunyi Shaun. Setiap diajari suara binatang lain, malah kata mbek lagi yang keluar dari mulutnya. 
Coba deh makan yang garing-garing di deket dia, pasti Jaing langsung nengok dan kepengen minta. Dia ga bisa denger ada bunyi "kriuk". Jaing juga sadar kamera banget, ga bisa lihat ada flash pasti langsung nyengir. Mungkin karena dari kecil biasa difoto. Jaing emang super gemesin. Seperti arti namanya, semoga Zahir selalu bersinar, tumbuh dengan baik dan menjadi anak yang menyejukan keluarga. Amin

welcome to the world, Jaing
gaya renang pertama Jaing
lagi serius nonton Shaun the sheep
abis mandi, sexy
nyempil diantara boneka Shaun
bergaya pake kacamuka
kya anak hip hop
giginya keliatan

Jumat, 06 Juli 2012

Sedih dan Komen yang "Lebay"

Gimana rasanya kalau benda kesayangan yang kita punya tiba-tiba hilang ga tau kemana? pasti sedih dan nyesel ya. Apalagi kalau benda kesayangan itu punya nilai bersejarah, yang ngingetin kita dengan seseorang atau momen tertentu, mungkin bisa bikin si empunya barang jadi kepikiran. Seperti yang terjadi pada teman kantor kakak saya beberapa hari yang lalu. Kakak saya cerita kalau temannya ini tiba-tiba nangis sesenggukan setelah kembali dari toilet. Kakak saya bingung, setelah ditanya ternyata ikat rambutnya hilang. "Ya udah beli baru aja", kata kakak saya. Dia menjawab : "Bukan masalah beli, tapi ada historinya". Kakak saya makin bingung, mutusin kembali bekerja dan membiarkan temannya sendiri. Seharian teman kakak saya itu terlihat murung, sedih bahkan sampai ga napsu makan. Buat sebagian orang mungkin hal ini terlihat "lebay", aneh dan lucu. Repon saya mendengar cerita itu pun tertawa geli. Begitu juga dengan respon teman-teman saya ketika saya menceritakannya kembali kepada mereka. "Sakit", kami menyimpulkan begitu. Hehehe. Tapi setelah kami pikir-pikir, mungkin ikat rambut itu memang bersejarah bagi dia. Saya dan teman-teman saya lalu berpendapat : "Mungkin belinya di Eropa", "Mungkin yang ngasih, orangnya udah ga ada". Gantian malah kami yang "lebay".

Selasa, 22 Mei 2012

Kosong

Kosong, kata yang tepat menggambarkan keadaan saya saat ini. Di saat pekerjaan rutin sudah selesai dikerjakan, saya bingung harus ngapain. Padahal di bawah sedang banyak acara dalam rangka memperingati hari ulang tahun kantor, tapi hari ini saya malah tidak tertarik untuk datang dan melihat satupun. Ingin browsing pun enggan rasanya. Yang ada saya malah lebih banyak bengong. Mata memang mengarah ke layar komputer, tapi pikiran saya melayang kemana-mana. 

Saya merasa ada yang kosong, dan saya tau penyebabnya. 

Semangat saya hilang hari ini. Mungkin sebenarnya sejak beberapa hari yang lalu, hanya saja saya belum terlalu merasakannya dan berusaha menghilangkannya. Semakin ke sini, saya semakin lemah.

Biasanya saya mudah tersenyum, bahkan untuk hal yang sepele. Tapi tidak hari ini. Sejak pagi bibir saya seperti terkunci. Senyum seperlunya, tampak basa-basi. Karena saya tau hati saya sedang tidak ingin tersenyum. 

Sebelumnya saya tidak pernah menyangka bahwa ada pengaruh yang besar di diri saya, yang bisa menghilangkan semangat saya dalam sekejap. Hanya karena satu hal, saya jadi begini. Memang susah rasanya kalau sudah bermain dengan yang namanya hati.

Hey stranger

Aneh... 
saya sedang merasa asing dengan seseorang. Padahal dia ada di dekat saya, tapi saya merasa jauh dari dia.


Rabu, 09 Mei 2012

Perjalanan ke Kuningan

Long weekend awal April kemarin, saya dan kedua teman kantor saya : Chia dan Devi, pergi ke rumah Devi di Kuningan, Jawa Barat. Saya dan Chia pergi ke sana dalam rangka mengisi liburan panjang. Kalau Devi, tentu saja dalam rangka mudik, pulang ke rumahnya untuk bertemu dengan ibu dan adiknya yang tinggal di sana dengan keluarga besarnya. Rencana ke Kuningan ini sebenarnya sudah lama ada. Tadinya kami ingin ke sana saat libur panjang di bulan Maret. Namun karena persiapan yang belum matang, terutama masalah keuangan, terpaksa diundurlah rencana liburan kita. Terlebih lagi, ada teman kantor yang menikah di hari Minggu itu. Agak ga enak kalo teman kita yang satu itu nikah dan kita ga bisa dateng karena alasan liburan.

di teras depan rumah Devi
Jujur, saya sangat excited dan ga sabar ingin segera berangkat. Ini pertama kalinya saya pergi jauh ke luar kota dengan menggunakan kereta. Mmmm norak ya, tapi lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali, bukan? hehe.. Dulu waktu masih piyik sih pernah juga ikut mudik ke rumah si Mbah naik kereta. Tapi itu kan dulu, saya aja lupa-lupa inget. Jadinya ga masuk itungan deh.

Seminggu sebelum berangkat, kami bertiga beli tiket kereta di stasiun Senen. Di sana, kami layaknya orang kebingungan, planga-plongo cari informasi tiket dan gimana cara belinya, karena diantara kami tidak ada yang pernah beli tiket di sana. Para calo mulai nyamperin dan mulai 'sok kenal' nanya-nanya mau berangkat tanggal berapa. Setelah tanya ke bagian informasi, ternyata tiket kereta jurusan Cirebon (FYI, untuk ke Kuningan kita naik kereta Cirebon Ekspress a.k.a Cirex dan turun di stasiun Cirebon) hanya tersisa untuk hari Jumat Malam. Jadilah kita beli untuk berangkat Jumat malam. Rencana pun otomatis berubah. Yang awalnya ingin berangkat hari Jumat pagi dan pulang hari Minggu berubah menjadi berangkat hari Jumat malam dan pulang hari Senin. Sekali-kali bolos kerja bareng, hari Senin pula. Toh tetep 'cuti bersama' intinya. hihihi..

Jumat sore kami kumpul di kosan Devi dan siap berangkat menuju stasiun Jatinegara. Sampai Jatinegara, ada pemberitahuan bahwa Cirex sudah datang. Devi yang bertindak sebagai guide mengajak kami agar tidak langsung naik karena menurutnya Cirex tsb akan menuju stasiun Gambir terlebih dahulu dan kembali ke Jatinegara. Ia bilang lebih baik naiknya nanti saja, setelah kembali dari Gambir. Rupanya bapak-bapak pemeriksa tiket mendengar omongan Devi dan dengan nada tinggi seperti orang marah, dia langsung menyuruh kami untuk segera naik karena menurutnya dari Gambir Cirex memang lewat kembali ke Jatinegara namun tidak berhenti untuk menaiki penampung. Sambil mencerna perkaataan si Bapak, kami dengan sigap menuju Cirex. Sampai di depan gerbong, Devi masih keukeuh untuk tidak naik. Tetapi setelah ada petugas yang berdiri di gerbong berkata persis seperti Bapak sebelumnya, tanpa ba-bi-bu kami buru-buru naik ke kereta. Dan benar saja, begitu kita bertiga masuk, Cirex pun jalan. Hampir saja kami ketinggalan kereta. Kalau saja tadi kami lebih lama pamitan sama Mbak Midah si penjaga kosan Devi, atau melangkah lebih lambat ke tempat menunggu angkot, atau bukan naik angkot melainkan memilih menunggu bis yang langsung sampai jatinegara, mungkin kami akan ditinggal oleh Cirex dan say goodbye sama Kuningan.

Cirex yang malam itu membawa cukup banyak penumpang, 'take off' dari stasiun Gambir sekitar pukul 7 malam. Di perjalanan selama 3 jam menuju stasiun Cirebon, selain ngobrol dan ngemil, kami lebih banyak tidur. Kira-kira pukul 10 malam, kami sampai di Cirebon. Begitu keluar stasiun, kami langsung mencari angkutan yang akan membawa kami ke Kuningan. Angkutan yang dimaksud adalah mobil pribadi sejenis 'Elf' yang dijadikan angkutan umum dengan rute Cirebon-Kuningan. Beruntung masih ada 1 mobil terakhir malam itu. Dengan membayar Rp.25.000 kami siap diantar oleh pak supir menuju rumah Devi di desa Cigugur, Kuningan yang memakan makan waktu kurang lebih 1 jam dari stasiun Cirebon. Kami bertiga menjadi penumpang terakhir di mobil itu karena letak rumah Devi yang lebih jauh dibandingkan dengan penumpang lainnya. Karena alasan itu juga, sang supir meminta tambahan uang Rp.10.000. Diantara 9 orang di mobil itu, kami bertiga yang paling berisik, ngobrol ngalur ngidul sambil makan risol yang dibawa oleh Chia. Akhirnya sampai juga kami di rumah Devi. Setelah mengucapkan terima kasih kamipun turun. Dan setelah mobil elf itu jalan kami baru sadar bahwa risol kami ketinggalan di dalam mobil. Anggap saja itu bonus tambahan kami ya pak supir. :p

Sejak Jumat malam sampai Senin siang di rumah Devi, kami lebih sering berleyeh-leyeh. Cuaca Kuningan yang sejuk mendekati dingin bikin males ngapa-ngapain, maunya cuma tidur sama makan. Sesekali kami keluar rumah, diajak Devi jalan-jalan ke Waduk Darma, ke Danau tempat terapi ikan, beli oleh-oleh di Kota atau sekedar mampir ke rumah nenek dan bibinya Devi. Malam hari kami menonton DVD yang dibawa Devi dari kantor.

berjalan kaki menuju kota
pemandangan di desa Cigugur, Kuningan
pemandangan di waduk Darma

naik odong-odong :D













Senin siang kami berkemas untuk kembali ke Jakarta dengan bawaan yang cukup banyak (sebagian besar adalah oleh-oleh). Hari sebelumnya kami sudah memesan tiket kereta di KAI Kuningan via telepon. Dengan membayar 105 ribu kami mendapat tiket Cirex ke Jakarta plus dijemput mobil KAI menuju stasiun Cirebon. Jam 3 sore kami meninggalkan stasiun Cirebon. Tanpa disengaja, ternyata kami menempati kursi dan gerbong yang sama saat berangkat dan pulang, kursi no. 11 dan 12, di gerbong 3. Kebetulan yang menyenangkan. hehe.

Karena kursi 11 dan 12 letaknya depan belakang, kami berinisiatif memutar kursi agar dapat duduk berhadap-hadapan. Saya dan Devi duduk sebangku, sedangkan Chia sebangku dengan seorang bapak yang hanya membawa sebotol air mineral dan koran. Untungnya si bapak ga keberatan karena kursinya kami putar. Sepertinya si bapak agak canggung karena duduk diantara kami yang asik mengobrol. Dia pun beranjak dari kursi dan pergi ke arah toilet. Ternyata si bapak merokok di sana. Tidak lama kemudian ia kembali ke kursi saat kami sedang makan bekal yang dibawakan oleh Ibunya Devi. Kami tawarkan makanan yang kami punya, namun si bapak tidak mau. Ia pun beranjak lagi ke arah toilet dan tidak kembali ke kursi sampai Cirex tiba di stasiun Jatinegara. Kami jadi merasa bersalah karena si bapak terlihat tidak nyaman duduk bersama kami dan memilih ke luar, entah untuk merokok atau sengaja menghindari kami. Maafkan kami ya pak.

Kedatangan kami di stasiun Jatinegara disambut oleh hujan yang cukup deras. Terpaksa kami meneduh terlebih dahulu sebelum pulang kembali ke kosan Devi untuk menaruh sebagian barang bawaan. Dari kosan Devi, saya dan Chia kembali ke rumah kami masing-masing. Dengan satu tas ransel yang berat, satu tas selempang kecil dan satu tas berisi oleh-oleh, saya masih harus menghadapi antrian TransJakarta yang lumayan panjang di halte Dukuh Atas 2. Untungnya hati saya sedang senang waktu itu jadi ngantri lama juga ga masalah.

Perjalanan ke Kuningan akan menjadi kenangan tersendiri bagi saya. Kejadian seperti Chia yang kekunci di dalam kamar mandi rumah Devi, naik odong-odong mengelilingi waduk Darma, kegelian kami ketika mencoba terapi ikan sampai bertemu dengan karyawan laki-laki di toko oleh-oleh yang berdandan 'cantik' akan selalu lucu bila diingat.


Senin, 07 Mei 2012

Saya dan Mereka

Bisa dibilang saya dulu termasuk orang introvert. Bukan karena saya penyediri, tidak suka berbicara dengan orang lain, atau pilih-pilih teman. Bahkan sifat saya malah kebalikannya. Saya berbicara cukup banyak atau bisa dibilang cukup cerewet. Teman saya juga lumayan banyak, dengan berbagai macam sifat dan latar belakang. Hanya saja dulu saya termasuk orang yang tertutup. Saya jarang membicarakan hal-hal yang bersifat pribadi dengan teman-teman saya. Semua saya simpan sendiri. Entah karena malu atau takut, yang pasti saya hanya tidak ingin membagi cerita-cerita saya dengan mereka. Mungkin karena hal ini saya jadi tidak punya sahabat. Bagi saya, teman ya cukup teman. Tidak ada teman yang saya kategorikan sebagai sahabat, yang saya definisikan sebagai teman dekat yang tau segala hal tentang kita, yang selalu ada di saat kita senang maupun saat susah.

Seiring berjalannya waktu, sifat saya mulai berubah. Saya mulai bisa membagi cerita-cerita saya dengan orang lain. Tidak hanya kepada satu orang, bahkan lebih. Mereka adalah teman-teman kuliah saya. Merasa senasib sepenanggungan, kami menjadi sering bersama dari mulai awal masuk kuliah. Dengan mereka, saya bisa membagi kisah, impian bahkan keluhan. Dengan mereka, saya bisa ketawa, nangis bahkan ketawa sampai menangis. Karena mereka, saya jadi merasa tidak sendiri. Karena mereka, saya jadi punya sahabat.

Meskipun sekarang kami sudah menjadi pegawai, bukan lagi mahasiswa dan status beberapa dari kami sudah ada yang berubah dari single menjadi double bahkan triple, tapi komunikasi kami tidak pernah putus. Sebisa mungkin kami tetap berkomunikasi melalui media apapun. Aneh rasanya jika lama tidak mendengar sapaan, celotehan atau lelucon mereka. Semoga kami selalu bisa seperti ini seterusnya, sampai kami menjadi tua di kemudian hari. 



 

Senin, 23 April 2012

Mungkin

Mungkin saya yang terlalu malu untuk bertanya
atau mungkin dia yang belum siap untuk berkata
Mungkin saya yang terlalu berharap
atau mungkin dia memang sengaja memberi harapan
Mungkin saya yang terlalu terburu-buru
atau mungkin dia memang masih butuh waktu 
Mungkin saya takut untuk mengulang hal yang sama
atau mungkin dia yang terlalu takut untuk terluka
Mungkin saya masih ragu dengan dia
atau mungkin dia yang ragu dengan saya
 

Ah.. terlalu banyak kemungkinan..

#edisibingung

Kamis, 19 April 2012

Percaya ga percaya

Percaya ga ada orang-orang 'pintar' di sekitar kita? 'pintar' maksud saya di sini bukan pintar dalam hal ilmu pengetahuan, tapi pintar membaca karakter, sifat atau suatu hal yang berkaitan dengan seseorang hanya dengan melihat tulisan tangan atau sekedar dari nama atau tanggal lahirnya. Kalo saya sih antara percaya dan ga percaya. Percaya bahwa Allah memang menciptakan manusia dengan segala kelebihan dan kekurangannya. 'Kepintaran' mereka saya anggap sebagai kelebihan dan anugerah yang diberikan Allah kepada mereka. Hasil 'bacaan' mereka terhadap suatu hal atau mengenai seseorang yang terkadang bikin saya agak ga percaya.

Saya kenal dengan beberapa teman yang memliliki kemampuan seperti itu. Sewaktu SMP, ada salah seorang teman yang tiba-tiba menebak sifat saya setelah melihat tanda tangan saya. Apa yang  dia bilang memang ada benarnya. Dia pun cerita bahwa kemampuannya 'membaca' diperolehnya secara menurun dari sang kakek. Setelah saya bekerja, saya bertemu lagi dengan teman yang memiliki kemampuan yang hampir sama. Teman saya ini bisa 'membaca' karakter seseorang hanya dengan melihat kalimat yang dikirim orang tersebut via sms. Agak aneh, tapi begitu kenyataannya. Suatu kali teman saya itu juga pernah 'membaca' masa depan saya dengan cara melihat garis tangan dan tulisan saya. Perasaan saya waktu itu campur aduk : kaget, bingung, penasaran. Jadi gini toh rasanya diramal. Satu orang lagi yang saya kenal punya kemampuan yang hampir sama adalah pacar salah satu teman saya. Dengan hanya mendengar cerita saya dari teman saya itu, ia bisa 'membaca' saya. 

Apa yang mereka bilang tentang saya cukup saya tampung dan saya dengar, meskipun kadang sempet bikin saya kepikiran. Karena ya itu tadi, saya antara percaya dan ga percaya...


Kamis, 22 Maret 2012

Kau selalu di hatiku

Tiba-tiba kepikiran lagu lawas yang dibawain Yuni Shara dan pengen ngasih judul tulisan ini sesuai judul lagunya. Tapi saya bukannya mau ngebahas hubungan cinta tante Yuni sama mas Raffi, bukan juga mau ngebahas rambut panjangnya si tante yang menurut saya kurang pas di muka dia. :p
Saya cuma mau nulis dan mengenang orang yang selalu ada di hati saya. Tidak lain dan tidak bukan adalah ayahanda tercinta. Seseorang yang udah ga ada di dunia ini tapi selalu hidup di hati saya (mulai dah berlinang nih mata). Ga tau kenapa kalo inget si papa, saya selalu sedih dan mata berair :'-(

Bersyukur banget rasanya kalo inget di saat-saat papa sakit, saya ada di situ nemenin Beliau. Bersyukur karena saat itu saya udah lulus kuliah tapi belum dapet kerja jadi bisa full ngurusin papa di kampung halamannya, jauh dari keluarga tercintanya yang harus stay di jakarta karena ga bisa ninggalin kegiatan dan kerjaan mereka. Sempet kepikiran juga selama di sana kenapa saya belum dapet kerja sedangkan temen-temen yang lain udah. Ternyata Allah memberikan kesempatan saya untuk berbakti sama papa sebelum papa pergi ninggalin kita semua.

Saya hidup di tengah-tengah keluarga bahagia : papa, mama, Kakak dan adik-adik saya. tahun 2008, cobaan itu datang. Hubungan papa mama mulai ga baik dan hampir berujung perpisahan. Sampai akhirnya papa mutusin pulang ke kampung halamannya di Purworejo, Jawa Tengah hingga beliau sakit dan menghembuskan napas terakhirnya. Jalan terbaik buat papa adalah kembali ke pemilik-Nya. Beliau lebih tenang di sana. Allah ga mau ngeliat papa sedih karena harus pisah rumah dan pisah kota sama kita semua.

Sekarang papa pasti udah bahagia di sana, ngeliat mama sehat, ngeliat cucu pertamanya, ngeliat kakak&mbak saya jadi orang tua, ngeliat saya jadi PNS, ngeliat adik-adik saya tambah gede & pinter..


Tia kangen papa T_T


Panggilan Sayang

Cintia Septiani, itu nama yang ada di akte kelahiran saya. Panggilan sayang saya sih sebenarnya banyak, tapi yang paling nge-hits adalah 'Indun'. KEREN & INDAH banget ya (capslock means kebalikannya.red). Awalnya cuma temen-temen kuliah aja yang manggil saya 'Indun'. Lupa juga asal muasal nama itu. Kalo ga salah inget, Tika, salah satu temen kuliah saya yang awalnya manggil gitu dan mulai diikutin sama yang lain. Saya pun mengabadikan nama itu sebagai id ym, buat lucu-lucuan sih pikiran saya. Lagipula nama itu terkenal di masanya, di masa serial TV Bajaj Bajuri berada di rating pertama prime time di TV nasional (woelah). 

Setelah saya ingat-ingat, dulu jaman SMP/SMA sempet kepikiran : lucu kali ya kalo punya nama panggilan. Tak disangka tak dinyana, terwujudlah khayalan yang hanya sekelebat lewat di pikiran saya itu. Ibarat nama keren yang dimiliki artis-artis top ibukota, 'Indun' adalah nama keren saya. Padahal sebenarnya saya sudah punya nama panggilan. Keluarga manggil saya 'Tia'. Salah satu temen SMA manggil saya 'Asep' (dari Septiani). Kakak saya manggil 'Nori' (karena saya cerewet, berisik, & cempreng kyanya). Temen-temen kantor lama manggil 'Cincin'. Terserah mereka deh mau manggil saya apa, namanya juga panggilan sayang. 

Balik lagi ke nama 'Indun', kadang bingung juga sih kalo ditanya kenapa nama saya yang bagus itu bisa dipanggil 'Indun'. Apalagi kalo yang nanya senior-senior di kantor (ibu-ibu. red). Oh ya, sekarang panggilan sayang saya itu udah kebawa sampe kantor. Ini gara-gara ada junior saya di kampus yang satu kantor sama saya. Jadilah mereka ikut-ikutan manggil saya 'Indun'.

Mengutip sang pujangga, William Shakespeare : 'Apalah arti sebuah nama'
Apapun panggilan orang untuk kita, selama itu masih positif dan maksudnya baik ya terima aja. Itu artinya mereka sayang sama kita (lah pede mampus ya saya). qiqiqi