Jumat, 21 September 2012

Berlayar Bersama Perahu Kertas

Sama halnya dengan kedua teman saya, Yu Neng dan Devi film perahu kertas juga memberikan kesan yang dalam bagi saya. Sewaktu membaca novelnya beberapa bulan silam, saya memang sudah menyukai ceritanya. Saya seperti menjadi Kugy, terlihat ceria di luar tapi kadang rapuh di dalam. Kugy yang dipaksa oleh keadaan untuk membohongi perasaannya sendiri. Setelah novel perahu kertas difilmkan saya semakin mencintai karya Dee ini.

Pasca menonton filmnya, saya jadi diingatkan kembali oleh mimpi atau cita-cita saya yang ga pernah saya anggap serius. Kalau Kugy menganggap mimpinya sebagai penulis dongeng terlalu ga mungkin, saya pun berpikir mimpi saya itu terlalu tinggi. Saya terlalu takut untuk mencoba, padahal sewaktu kuliah dulu ada wadah yang bisa saya ikuti sebagai dasar untuk merajut mimpi saya pelan-pelan. 

Penyesalan memang selalu datang belakangan. Sekarang sudah terlambat rasanya untuk mewujudkan mimpi saya itu. Biarlah ia berlayar bersama perahu kertas.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar